Bola ini jelas bersejarah. Ditendang oleh Sergio Aguero di masa injury
time, 13 Mei lalu, ke gawang QPR dan mengakhiri penantian panjang klub
ini selama 44 tahun untuk menjadi juara lagi di Liga Inggris. Tapi,
ternyata bola bersejarah itu lenyap.
Keriuhan memang terjadi saat pertandingan baru saja berakhir. Penonton masuk ke lapangan. Nah, pada saat itulah bola itu hilang. Dari sekian banyak kepala yang masuk, tentu bikin pusing untuk menemukan sesungguhnya oknum penonton yang mencuri bola itu.
Namun CCTV memergoki seorang anak muda, yang baru berusia 17 tahun sebagai kriminal yang mengambil bola itu. Pastinya dia tidak berpikir tindakannya itu akan merepotkan banyak orang. Sebagai fans mendapatkan barang berharga jelas sebuah kebanggaan.
Berbekal hasil rekaman itu, para pengurus klub ini pun menghubungi polisi. Mereka meminta agar polisi menahan anak muda itu, karena telah mengambil bola bersejarah itu. Kepolisian Great Manchester, wilayah klub ini berada, membenarkan adanya laporan kehilangan itu.
Tak lama kemudian, polisi bergerak. Mereka berhasil menemukan anak muda itu dan tentu bola bersejarah milik klub ini. Tak sempat melakukan penahanan, petugas pun melepas anak muda itu. Bola pun dikembalikan pada klub.
Pihak klub tidak mempermasalahkan lagi secara hukum. Dengan menggunakan Restorative Justice, yakni pendekatan menitikberatkan adanya partisipasi langsung dari pelaku, korban dan masyarakat dalam proses penyelesaian perkara pidana.
Nah, mereka yang terkait dengan masalah ini bersepakat untuk menyelesaikan masalah. Anak diajak ke Etihad untuk mengembalikan bola tersebut. Persoalan pun selesai.
Hasilnya everybody happy. Si anak muda itu pulang ke rumah, dengan mendapatkan pelajaran penting: mengambil barang bukan miliknya adalah tindakan kriminal, sedangkan klub pun bisa lega.
Perjalanan sejarah klub ini tetap terjaga. Bola bersejarah, yang membuat mereka berhasil mencetak sejarah setelah 44 tahun, tetap bisa dipajang di salah satu ruangan di Etihad.
Keriuhan memang terjadi saat pertandingan baru saja berakhir. Penonton masuk ke lapangan. Nah, pada saat itulah bola itu hilang. Dari sekian banyak kepala yang masuk, tentu bikin pusing untuk menemukan sesungguhnya oknum penonton yang mencuri bola itu.
Namun CCTV memergoki seorang anak muda, yang baru berusia 17 tahun sebagai kriminal yang mengambil bola itu. Pastinya dia tidak berpikir tindakannya itu akan merepotkan banyak orang. Sebagai fans mendapatkan barang berharga jelas sebuah kebanggaan.
Berbekal hasil rekaman itu, para pengurus klub ini pun menghubungi polisi. Mereka meminta agar polisi menahan anak muda itu, karena telah mengambil bola bersejarah itu. Kepolisian Great Manchester, wilayah klub ini berada, membenarkan adanya laporan kehilangan itu.
Tak lama kemudian, polisi bergerak. Mereka berhasil menemukan anak muda itu dan tentu bola bersejarah milik klub ini. Tak sempat melakukan penahanan, petugas pun melepas anak muda itu. Bola pun dikembalikan pada klub.
Pihak klub tidak mempermasalahkan lagi secara hukum. Dengan menggunakan Restorative Justice, yakni pendekatan menitikberatkan adanya partisipasi langsung dari pelaku, korban dan masyarakat dalam proses penyelesaian perkara pidana.
Nah, mereka yang terkait dengan masalah ini bersepakat untuk menyelesaikan masalah. Anak diajak ke Etihad untuk mengembalikan bola tersebut. Persoalan pun selesai.
Hasilnya everybody happy. Si anak muda itu pulang ke rumah, dengan mendapatkan pelajaran penting: mengambil barang bukan miliknya adalah tindakan kriminal, sedangkan klub pun bisa lega.
Perjalanan sejarah klub ini tetap terjaga. Bola bersejarah, yang membuat mereka berhasil mencetak sejarah setelah 44 tahun, tetap bisa dipajang di salah satu ruangan di Etihad.
Comments :
0 komentar to “Bola Bersejarah ManCity Hilang”